SANDI TIDAK BAGIKAN BUKU KARENA DI KIRA MONEY POLITICS ?


Calon wakil presiden 2019 nomor urut 02 Sandiaga Uno menolak jika pembagian buku yang dilakukan timnya saat calon presidennya, Prabowo Subianto, berada di Ponorogo, Jawa Timur, dikaitkan dengan politik uang atau money politics. Menurut Sandi, buku yang dibagikan adalah buku pesanan yang sudah dibayar.

"Jadi buku 'Paradoks Indonesia' itu sangat diminati karena itu merupakan potret, Pak Kwik (Kwik Kian Gie) sudah ngomong, itu potret yang sangat riil yang dirasakan masyarakat dan ditulis dengan bahasa yang renyah dan bahasa yang bisa dimengerti oleh masyarakat," kata Sandi di Media Center Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (1/11/2018).

"Nah, buku-buku itu biasanya ada yang beli, dipesan tiap kali kita datang, mereka memesan terlebih dahulu," sambung Sandi.

Sandi menuturkan timnya telah mencatat siapa saja warga yang membeli buku tersebut. Oleh sebab itu, Sandi membantah bila ada yang mengatakan hal tersebut sebagai money politics.

"Pada saat itu, buku tersebut kalau tidak dibagikan kepada yang sudah memesan, membeli, dan itu dicatat di sini oleh timnya Pak Prabowo. Jadi kita bukan pembagian yang di luar yang sudah ditetapkan kewenangannya oleh KPU," jelas Sandi.

Sebelumnya, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin curiga terhadap aksi bagi-bagi buku Prabowo Subianto. Mereka mempertanyakan apakah ada money politics dalam acara bagi-bagi buku itu sehingga emak-emak ribut memperebutkannya.

"Mungkin perlu ditanyakan ke Bawaslu setempat apakah bagi-bagi buku itu bagian money politics," kata Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni, di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat.

Komentar